5 Kerajaan Islam Terbesar dan Paling Berpengruh dalam Sejarah

Infocean-id - Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dimulai dari dari daerah Arab, perlahan kekhalifahan Islam melakukan ekspansinya ke arah Afrika hingga Eropa, serta menyebarkan ajaran Islam dari Nabi Muhammad SAW. Kekhalifahan Islam perlahan berkembang, memunculkan kerajaan-kerajaan Islam besar yang pernah berjaya pada masanya. Penasaran kerajaan Islam apa saja yang termasuk paling besar dan berpengaruh? Berikut ini 5 Kerajaan Islam Terbesar dan Paling Berpengruh dalam Sejarah peradaban manusia. 

5. Dinasti Safawiyah

Masjid-e Shah Zaman Dinasti Safawiyah
Lukisan Masjid-e Shah karya Pascal Coste. Image: wikimedia.org.
Dinasti Safawiyah merupakan salah satu kerajaan Persia terbesar semenjak penaklukan Persia oleh bangsa muslim. Dengan luas wilayah yang mencapai 2.850.000 kilometer persegi meliputi Iran, Armenia, Azerbaijan, Kaukasus, sebagian besar Irak, Georgia, sebagian besar Irak, Georgia, Kaukasus, Afganistan, dan sebagian wilayah Turki, Turkmenistan, serta Pakistan, menjadikan Dinasti Safawiyah menjadi salah satu titik penting perkembangan Islam di dunia.
Peta Dinasti Safawiyah
Wilayah kekuasaan Dinasti Safawiyah di bawah pimpinan Shah Abbas. Image: wikipdia.org.
Sejarah dimulai semenjak Kesultana Utsmaniyah mulai memasuki Persia. Sebagai balasannya, para pengikut Safawiyah, dibawah pimpinan Alwand, merebut Tabriz dari tangan Turki. Kemudian, dibawah pemerintahan Ismail I, Tabriz menjadi ibu kota dinasti Safawiyah. Dinasti Safawiyah mulai berkembang dan mampu mencapai barat laut Iran dan merebut seluruh wilayah Iran dari Turki.

Kejayaan Dinasti Safawiyah perlahan padam di abad ke-17, dimana pada saat itu raja-raja mulai hidup berfoya-foya. Disamping itu, banyak cobaan yang dihadapi, seperti serangan dari Afghan, Arab, dan Turki Utsmaniyah. Keadaan makin parah ketika ancaman baru muncul dari arah utara, yaitu kedatangan Kekaisaran Russia, serta Kesultanan Mughal dari sebelah timur. Dinasti Safawiyah akhirnya sepenuhnya berakhir pada tahun 1760, dan digantikan oleh dinasti baru.

4. Kesultanan Mughal

Masjid Wazir Ali Khan
Pemandangan Masjid Wazir Ali Khan, oleh William Carpenter. Image: vam.ac.uk.
Kesultanan Mughal adalah kerajaan Islam yang berdiri pada tahun 1526, yang didirikan oleh seorang pemimpin Mongol, Barbur, seusai mengalahkan Ibrahim Lodi, pemimpin terakhir dari Kesultanan Delhi. Pada masa kaisar ke-dua Mughal, Humayun, sebagian besar kesultanan ini ditaklukkan oleh Sher Shah, pendiri kekaisaran Sur di India bagian utara. Namun, di bawah kekuasaan Shahanshah Akbar-e-Azam, Kesultanan Moghul tumbuh semakin pesat.
Peta Kesultanan Mughal
Masa kejayaan Kesultanan Mughal, pada akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Image: wikipedia.org.
Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Jahangir, pada tahun 1605-1627, lalu dilanjutkan kembali oleh Shahab-ud-din Muhammad Shah Jahan I, anak dari Jahangir. Bisa dibilang Kesultanan Mughal tumbuh menjadi kerajaan terbesar pada masa itu, dengan luas 4.000.000 kilometer persegi dan penduduk yang mencapai 158.400.000. Kaisar Mughal Shah Jahan inilah, yang memerintahkan pembangunan bangunan bersejarah, Taj Mahal, sebagai Musoleum bagi istrinya, Arjumand Banum Begun. Kemunduran mulai terjadi semenjak kematian Aurangzeb, pada tahun 1707. Upaya yang dilakukan Shah Alam II tak mampu membalikkan keadaan. Akhir dari Kesultanan Mughal terjadi seusai British East India Company mengambil alih Bumbar-Bihar pada tahun 1793. Dan pada tahun 1876, Ratu Victoria resmi mengambil alih gelar Ratu India.

3. Kekhalifahan Umayyah

Salah Satu Khalifah Bani Umayyah, Ali-Walid bin Abdul-Malik
Masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul-Malik dapat disebut sebagai masa kemakmuran, ketentraman, dan ketertiban .
Kekhalifahan Ummayah merupakan kekalifahan pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin. Pada ekspansi terbesarnya, Dinasti Umayyah mencakup wilayah mulai dari Arab, Damascus, Isfahan, Fusfat, Kairouan, hingga Cordoba di Spanyol, dengan luas yang mencapai 11.100.000 kilometer persegi, dan penduduk yang mencapai 33.000.000 jiwa.

Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib diangkat untuk menggantikannya, namun tidak semua umat Islam senang akan hal tersebut. Muawiyyah, seorang gubernur dari Suriah, kemudian memberontak kepada Ali bin Abi Thalib, lalu terjadilah perang Siffin antara kubu Ali dan Muawiyyah. Pertempuran usai setelah dilakukannya abritase dengan Gubernur Syam, Muawiyyah. Namun, beberapa anggota tentaranya yang tidak setuju kemudian memberontak. Mereka membunuh beberapa pengikut Ali bin Abi Thalib, namun para pemberontak akhirnya dapat ditaklukkan di peranh Nahrawan.

Seseorang bernama Abdurrahman bin Muljam kemudian berniat ingin membunuh Ali, karena dia bersama dua orang Khawarij lainnya menyimpulkan bahwa kekacauan umat Islam pada saat itu disebabkan oleh Ali, Muawiyyah, dan Amru bin Ash, seorang Gubernur Mesir. Ali kemudia di tikam di Masjid Agung Kufah, dan selanjutnya pemerintahan diwariskan ke anaknya, Hasan bin Ali. Namun Hasan kemudian membaiat Muawiyyah, dengan tujuan untuk menjaga kedamaian umat karna pada saat itu banyak sekali terjadi fitnah di mana-mana.
Peta kekhalifahan Ummayah
Daerah kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750 AD. Image: wikipedia,org.
Pada masa pemerintaha Muawiyyah, perluasan wilayah mulai digencarkan kembali, perlahan wilayah-wilayah mulai ditaklukkan, mulai dari Tunisia, daerah Khurasan hingga ke Afghanistan. Masa kemakmuran tiba saat kepemimpinan Al-Walid I. Perluasan wilayah semakin besar. Aljazair, Maroko, hingga pasukan Spanyol di Cordoba berhasil ditundukkan. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, perluasan kekuasaan seakan tak terbendung lagi, wilayah Kekhalifahan Umayyah benar-benar sangat luas. Namun, setelah Umar bin Abdul Aziz meninggal, mulailah terjadi penurunan, dan di tahun 750 M, Bani Abbasiyah berhasil menggulingkan kekuasaan Kekhalifahan Umayyah di Damaskus. Namun, Abdurrahman Ad-dakhil, salah seorang penerus Bani Umayyah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia, melihat masih banyaknya orang yang setia dengan Bani Umayyah, kemudian mendirikan kekuasaan baru Bani Umayyah di Andalusia dengan ibu kota Cordoba.

2. Kekhalifahan Abbasiyah

Kota Baghdad yang Dikelilingi Benteng
Kota Baghdad yang dikelilingi oleh benteng yang melingkar.
Abbasiyah merupakan Kekalifahan ketiga dari empat Khilafah Islam. Kadang-kadang kekhalifahan Abbasiyah dan Ummayyad secara kolektif disebut sebagai kekaisaran Muslim Arab, tetapi keduanya sebenarnya adalah dua dinasti yang berbeda. Kekalifahan ini berkembang dengan sangat cepat, membawa Islam pada masa keemasannya, dimana kemajuan dalam ilmu, sastra, kedokteran dan filsafat sangat tinggi.

Kekalifahan Abbasiyah mulai bersiteru dengan Kekalifahan Ummayah pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, Khalifah terakhir Bani Ummayah, dan kemudian memuncak pada tahun 750, hingga akhirnya  Abu al-Abbas al-Saffah, khalifah pertama Bani Abbasiyah berhasil menaklukan kekuasaan Ummayah, dan menduduki seluruh wilayahnya kecuali Andalusia.
Peta Kekhalifahan Abbasiyah
Ekspansi terbesar Kekhalifahan Abbasiyah sekitar tahun 850.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama sekitar tiga abad, dan berhasil memajukan Islam. Perlahan, Kekhalifahan Bani Abbasiyah mulai rendup sejak naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan salah satu dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan beberapa wilayah kemudian mulai melepaskan diri. Semenjak al-Mutawakkil naik tahta, kekuasaan kekhalidahan perlahan mulai direbut orang-orang Turki. Kekhalifahan akhirnya jatuh di tangan Bangsa Mongol setelah Hulagu Khan, pemimpin Bangsa Mongol pada saat itu, menyerbu kota Baghdad, membantai, menjarah, memperkosa, hingga meratakan kota Baghdad dengan tanah.

Jatuhnya kota Baghdad bukan hanya mengakhiri Kekhalifahan Abbasiyah, namun juga menjadi awal dari masa kemunduran peradaban Islam, karna dalam penyerbuan Bangsa Mongol, Masjid, Kerajaan, hingga Perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-buku penting perkembangan Islam dijarah dan di buang ke sungai Tigris, hingga Sungai Tigris berubah warnanya menjadi hitam karena saking banyaknya tinta yang luntur dari setiap buku yang dibuang.

1. Kesultanan Ottoman

Valide Sultan Mosque
Valide Sultan Mosque di Istanbul. Sekarang bernama New Mosque,
Kesultanan Ottoman tak diraukan lagi merupakan Kesultanan Islam terbesar sepanjang sejarah, karna Ottoman berhasil berkuasa selama hampir 700 tahun di luas wilayah yang mencapai 5.200.000 kilometer persegi. Kekaisaran ini adalah salah satu kekaisaran terbesarn dan terlama sepanjang sejarah.

Sultan Ottoman terbesar adalah Suleiman I, yang memerintah dari tahun 1520 hingga 1566. Pemerintahannya membawa Kesultanan Ottoman menuju puncak dominasi dan kemakmuran. Ia menaklukan Hongaria pada 1526, dan mengepung Wina tiga tahun setelahnya. Dia mampu menaklukkan benteng besar Rhodes dan Belgrade dengan bantuan meriam raksasa dan bubuk mesiu. Dia mencaplok sebagian besar Timur Tengah dalam konfliknya dengan suku Safawi dan sebagian besar wilayah Afrika Utara sejauh barat Aljazair. Di bawah pemerintahannya, armada Ottoman mendominasi laut dari Laut Tengah hingga Laut Merah dan Teluk Persia.
Peta Kerajaan Ottoman
Ekspansi terbesar Kesultanan Ottoman. Image: worldatlas.com.
Setelah kematian Suleiman I, periode penurunan yang lambat dimulai. Pertempuran Wina pada 1683 menandai berakhirnya ekspansi Kesultanan Ottoman di Eropa. Selama 1683 hingga 1827, ancaman terhadap Kekaisaran Ottoman muncul dari musuh terdahlu, Kekaisaran Austria, juga oleh musuh baru, Kekaisaran Rusia yang sedang bangkit, membuat Kekaisaran Ottoman harus bersifat defensif. Perlahan, wilayah-wilayah mulai hilang, seperti Bulgaria, Rumania, Serbia, Montenegro, hingga Bosnia-Herzegovina, menandakan kekalahan penuh Ottoman atas Russia. Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922, Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923, dan Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924. (Ard)
Previous
Next Post »

'No live link in this comment field'
EmoticonEmoticon